Tujuan penggunaan sedasi ialah agar terjadi keselarasan antara pernafasan pasien dengan mesin ventilator. Pergerakan pasien baik itu kondisi gelisah atau tidak kooperatif pada proses perawatan dapat mengganggu penggunaan ventilator. Pasien cenderung merasa tidak nyaman dengan adanya tube Endotracheal di mulut nya, yang mungkin bisa terpasang selama berhari-hari perawatan. Apalagi pada pasien yang kesadaran apatis gelisah kemungkinan untuk mencabut alat bantuan hidup lebih besar.

Macam- macam sedasi dan anti nyeri

  1. Tramadol, merupakan anti nyeri (opioid-narkotika) yang sering digunakan pada pasien dengan ventilator. Obat ini biasanya diberikan dengan dosis 200mg/24 jam drip syringe pump. Bila pasien kooperatif maka tramadol sudah cukup tidak perlu obat sedasi lain.
  2. Midazolam, merupakan obat penenang (psikotropika) yang digunakan apabila pasien cenderung gelisah dan tidak kooperatif sehingga beresiko mengganggu penggunaan ventilator. Pasien yang tidak kooperatif bisa saja menggigit ett atau mencoba lepas ett. Dosis yang digunakan biasanya 1-2mg/jam atau sesuai kebutuhan. efek dari obat ini adalah pasien cenderung mengantuk.
  3. Fentanyl, merupakan anti nyeri (narkotik). Lebih kuat dibandingkan tramadol namun hanya bertahan sebentar kurang dari 2 jam setelah diberikan, oleh karena itu pemberian juga dengan drip syringe pump dengan dosis 30mg/jam atau disesuaikan.
  4. Profopol, obat anestesi ini efek nya mirip dengan midazolam membuat pasien mengantuk.
  5. Morfin, dosis 2-4 mg IV setiap 1 sampai 2 jam; 2-4 mg/jam infus

Pengawasan pasien dengan sedasi

Kenapa pasien dengan sedasi perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat ialah:

  1. Obat ini dapat menurunkan tingkat kesadaran sehingga dapat mengganggu proses weaning.
  2. Obat sedatif dapat menurunkan tekanan darah.

Program weaning dapat terganggu bila pasien diberikan sedasi terlalu dalam sehingga dosis sedasi perlu diturunkan sebelum weaning dikerjakan, dan pada pasien yang menjalani SBT obat sedasi dalam dosis minimal. Tujuannya adalah agar pasien memiliki kesadaran penuh untuk berusaha bernafas sendiri.

Penilaian Pasien yang membutuhkan Sedasi

Pertama petugas ICU perlu menilai status nyeri pasien, apakah pasien merasakan nyeri sehingga menjadi gelisah dan tidak kooperatif dalam perawatan atau pemasangan ventilator. Untuk skooring nyeri dapat menggunakan skoring BPS atau CPOT.

Kedua untuk mengetahui tingkat kegelisahan atau delirium pasien dengan ventilator petugas ICU dapat menggunakan alat skoring CAM-ICU.

Ketiga, setelah pasien diberikan sedasi, maka lakukan pemeriksaan skor RAAS secara berkala untuk mengetahui kedalaman tingkat sedasi secara kontinyu.

Pengkajian CAM-ICU untuk menilai tingkat delirium pasien, sumber: DOI:10.13140/RG.2.2.10058.93127
[table “17” not found /]

Daftar Pustaka


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error:Content is protected !!